Selasa, 01 Mei 2018

PROPOSAL GAMELAN ANGKLUNG


I.Pendahuluan
Gamelan angklung adalah gamelan tua di Bali, dan salah satu perangkat gamelan yang pada masa lalu mengalami popularitas dapat dilihat dari data perkembangannya yang tersebar di seluruh kabupaten di Bali. Dalam perkembangannya gamelan ini mengalami perubahan-perubahan dalam fungsi,tata cara penyajian, yang mengikuti konsep desa kala patra sebagai sebuah media ritual yang fleksibel. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, secara fungsional angklung pun telah mengalami perubahan dimana secara ritual tetap berlangsung tetapi secara estetis gamelan ini menjadi sebuah iringan tari,iringan wayang, serta diolah dalam komposisi music modern.
Gamelan angklung adalah gamelan berlaras selendro, tergolong barungan madya yang dibentuk oleh instrument berbilah dan pencon dari krawang, kadang-kadang ditambah angklung bamboo kocok (yang berukuran kecil). Dibentuk oleh alat-alat gamelan yang relative kecil dan ringan (sehingga mudah untuk dimainkan sambil berprosesi). Jenis gamelan angklung ada tiga yaitu : angklung Kembang  Kiran, angklung Klentangan dan Angklung Don Nem. Perbedaan ketiga jenis angklung ini terletak pada jumlah penggunaan nada yang maupun bilah dalam tungguhan jenis gangsa maupun jegogannya
Berdasarkan konteks penggunaan gamelan ini hanya mempergunakan 4 nada sedangkan untuk daerah Bali Utara mempergunakan 5 nada. Berdasarkan konteks penggunaan gamelan ini, serta materi tabuh yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi :
  1. Angklung klasik yang dimainkan untuk mengiringi upacara (tanpa tari-tarian);
  2. Angklung kebyar yang dimainkan untuk mengiringi pagelaran tari maupun drama

II. Fungsi Gamelan Angklung
2.1Fungsi Upacara
Fungsi gamelan angklung  di beberapa tempat adalah   mengiringi upacara pitra yadnya dan selain itu  juga dipakai mengiringi upacara Dewa Yadnya serta tari-tarian gong selendro yang sering juga menghidangkan gending-gending perangklungan 4 nada.
                                                                 
Satu barungan angklung bisa berperan keduanya, karena seringkali menggunakan  alat-alat gamelan dan penabuh yang sama. Di kalangan masyarakat Bali sebagian besar mengenal bahwa angklung dipergunakan dan berfungsi mengiringi upacara Pitra Yadnya (Ngaben).
Di desa adat Tanjung Benoa, gamelan angklung didukung oleh sebuah organisasi yang bersifat tradisional yang bertujuan sosial.  Sekee angklung Segara Putra nama organisasi yang menaungi kebersamaan sekee angklung ini dengan anggota kurang lebih 60 orang. Sekee ini berada di lingkungan Desa Pekraman Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kabupaten Badung. Rasa kebersamaan dan memiliki sesama anggota masyarakat dengan tujuan membantu tanpa pamrih terhadap masyarakat yang membutuhkan bantuan bila memiliki kepentingan upacara untuk mengupah (menyewa) angklung.tapi seiring dengan perkembangan modernisasi dan terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berkembang pula struktur sekaa angklung menjadi lebih professional dan mulai ada perjanjian ataupun sewa menyewa untuk kegiaan pentas dan sebagainya yang tentunya di luar konteks Ngayah.
Di era belakangan ini gamelan angklung mengalami perubahan yang bukan saja dari bentuk fisik instrumentasi, tetapi juga terjadi perkembangan repertoar dan fungsi, di dalam konteks kehidupan sosial masyarakatb di Bali. Dan saat ini gamelan angklung telah diangkat untuk ajang sebuah kreativitas, lahan seni artistic bagi seniman-seniman kreatif dengan tampil sebagai angklung kebyar dan angklung dengan kreativitas seni modern. Dan di beberapa daerah di Bali baik organisasi, maupun pemaksan dadya dan sebagainya tidak jarang gamelan angklung juga mengiringi tari-tarian untuk menggantikan gamelan lainnya dalam rangka upacara Dewa Yadnya termasuk juga gamelan kekebyaran yang dewasa ini sedang digemari di Bali.
2.2.Fungsi Sosial Ekonomi
Sebuah organisasi seperti Sekee Angklung Segara Putra ini bersifat tradisional dan dibentuk untuk tujuan-tujuan sosial pada awal pendiriannya. Warga yang memiliki kepentingan terhadap jasa penggunaan gamelan ini un tuk kepentingan upacara hanya mendapat sekedar minum atau makanan sebagai ungkapan terima kasih serta sesari banten gong atau batu-batu, begitu disebut dan disediakan sekedarnya.                                               
Hal ini merupakan cerminan rasa kebersamaan dan gotong royong serta kerukunan interaksi sosial masyarakat Tanjung Benoa. Namun seiring dengan perkembangan globalisasi dan perubahan budaya akibat arus modernisasi serta system teknologi yang canggih menggeser juga nilai serta fungsi sosial dari Sekee angklung ini. Tuntutan kehidupan bermasyarakat yang semakin kompleks mengubah pula pola perkembangan kesenian sekee angklung ini.  Saat ini untuk kegiatan ngayah tanpa upah seperti dulu sangat jarang didengar lagi, namun dalam kenyataannya kini mulai diberlakukan system sewa atau memberi upah untuk sekali pelaksanaan menggunakan gamelan angklung untuk kegiatan yadnya dan lainnya.
2..3.Fungsi Hiburan
            Dewasa ini di dalam ajang Pesta Kesenian Bali sering kita lihat kesenian Angklung kebyar. Hal ini adalah merupakan suatu ajang pentas seniman-seniman kreatif yang menggunakan media angklung yang dicoba digarap dalam bentuk tabuh kreasi. Adapun tari-tarian yang dipentaskan dengan iringan angklung kebyar antara lain, Margapati, Wiranata, Baris Tunggal, Oleg Tamulilingan, Jauk dan Cendrawasih. Respon masyarakat pendukung dan penikmat seni cukup besar dalam pentas setiap angklung kebyar di PKB. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran penonton yang membludak setiap ada parade angklung di ajang Pesta Kesenian Bali tersebut.
            Selain itu ditemukan pula angklung sering digunakan untuk mengiringi wayang kulit di beberapa daerah di Bali. Jadi kesenian angklung sampai saat ini memiliki arti penting baik dalam konteks kebutuhan masyarakat yang menunjang atau berfungsi upacara maupun sosial ekonomi dan hiburan.

III. Instrumen Gamelan Anglung
Barungan gambelan angklung klentangan terdiri dari 3 pasang :
1. Pemade
2. Tiga pasang kantil
3. Empat tungguh reong
4. Sepasang jegogan
5. Sebuah tungguh kempul                                                                   
6. Sebuah kelenang
7 .Sebuah tawa-tawa
8. Sebuah suling atau lebih
9. Sepangkon ricik
10.Sepancar genta orag dan sepasang kendang lanang,wadon berukuran kecil

Gending-gending angklung antara lain :
Berong,capung manjus,capung ngumbang, asep menyan, glagak ketunuan, jaran sirig, sekar ulet, sekar jepun, dongkang menek biyu,gowak maling taluh, bangun  lemah,basang layah, nalir,kembang ura, nyingsing manyuling, sitawara,puspa warna merdah, isep-isepan, lembu bajang, kesuma riris, lilit ubi, anjerang alit, dan sekar sandat,
Di era belakangan ini gamelan angklung mengalami perubahan yang bukan saja dari bentuk fisik instrumentasi, tetapi juga terjadi perkembangan repertoar dan fungsi, di dalam konteks kehidupan sosial masyarakatb di Bali. Dan saat ini gamelan angklung telah diangkat untuk ajang sebuah kreativitas, lahan seni artistic bagi seniman-seniman kreatif dengan tampil sebagai angklung kebyar dan angklung dengan kreativitas seni modern.apalagi angklung kebyar kini sering di-paradekan atau bahkan dilombakan dalam ajang bergengsi seperti di  Pesta Kesenian Bali. Antusias masyarakat pendukung dan peminat seni  akan tumpah ruah bila ada pertunjukan angklung apalagi tampil “ mebarung” mengiringi tari lepas yang diiringi angklung kebyar.


IV. Bentuk Gamelan Angklung
Secara fisik pada awalnya angklung menggunakan eempat bilah nada, kemudian para senimannya pada perkembangannya menambahkan lagi beberapa bilah untuk mendukung kebutuhan komposisi lagu. Perubahan atas bertambahnya bilah nada dalam gamelan angklung adalah tidak terlepas dari factor terkena imbas dari pengaruh gender wayang dan dan factor kedua adalah karena ada difungsikan untuk mengiringi Joged Bumbung.(Sudirga,Komang, 2004,2).beberapa instrument juga terkadang ditambahkan seperti jublag, kendang gupekan, kempur,kemong,dan gong. Secara umum tungguhan gamelan angklung pada waktu lampau masih berbentuk lelengisan, dan hanya dipernis, tetapi dewasa ini kita lihat sudah diprada sebagaimana gong kebyar.
                                                                       

V.Kesimpulan

Gamelan angklung saat ini tidak hanya berperan sebagai fungsi upacara semata-mata untuk kepentingan Yadnya di Bali, tetapi lebih dari itu sudah menjadi suatu fungsi sosial ekonomi dan hiburan buat masyarakat.
Gamelan angklung juga sangat responsive menyatu dengan tabuh-tabuh kekebyaran yang melalui kreativitas para seniman , sehingga mampu menarik perhatian masyarakat penggemar seni menikmati perkembangan kesenian angklung dewasa ini, sehingga menjadi santapan estetis penikmat seni itu sendiri.



DAFTAR PUSTAKA

Bandem,I Made.1983,Ensiklopedi Gamelan Bali,Denpasar: Proyek Pembinaan
            Penggalian dan Pengembangan Seni Klasik/Tradisional  dan Kesenian
            Baru Pemerintah Daerah tingkat I Bali.
Sukerta,Pande Made.2002”Kehidupan dan Perkembangan Gamelan Angklung
            Bentuk dan fungsi Sosialnya yang dihadapkan dengan Konsep Desa Kala         
            Patra”, dalam Mudra Jurnal Seni Budaya Vol.10 NO.1 Januari 2002,
            Denpasar:UPT Penerbitan STSI Denpasar.
Sudirga, I, Komang.2004, Kontinuitas dan Perubahan Gamelan Angklung Dalam
            Konteks Kehidupan Masyarakat Bali,dalam Bheri Jurnal Ilmiah Musik
            Nusantara Vol.3 No.1 September 2004,Denpasar,UPT Penerbitan ISI
            Denpasar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar