I.Pendahuluan
Gamelan
angklung adalah gamelan tua di Bali , dan salah
satu perangkat gamelan yang pada masa lalu mengalami popularitas dapat dilihat
dari data perkembangannya yang tersebar di seluruh kabupaten di Bali . Dalam perkembangannya gamelan ini mengalami
perubahan-perubahan dalam fungsi,tata cara penyajian, yang mengikuti konsep
desa kala patra sebagai sebuah media ritual yang fleksibel. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, secara fungsional angklung pun
telah mengalami perubahan dimana secara ritual tetap berlangsung tetapi secara
estetis gamelan ini menjadi sebuah iringan tari,iringan wayang, serta diolah
dalam komposisi music modern.
Gamelan
angklung adalah gamelan berlaras selendro, tergolong barungan madya yang
dibentuk oleh instrument berbilah dan pencon dari krawang, kadang-kadang
ditambah angklung bamboo kocok (yang berukuran kecil). Dibentuk oleh alat-alat
gamelan yang relative kecil dan ringan (sehingga mudah untuk dimainkan sambil
berprosesi). Jenis gamelan angklung ada tiga yaitu : angklung Kembang Kiran, angklung Klentangan dan Angklung Don
Nem. Perbedaan ketiga jenis angklung ini terletak pada jumlah penggunaan nada
yang maupun bilah dalam tungguhan jenis gangsa maupun jegogannya
Berdasarkan
konteks penggunaan gamelan ini hanya mempergunakan 4 nada sedangkan untuk
daerah Bali Utara mempergunakan 5 nada. Berdasarkan konteks penggunaan gamelan
ini, serta materi tabuh yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi :
- Angklung klasik yang dimainkan untuk mengiringi upacara (tanpa tari-tarian);
- Angklung kebyar yang dimainkan untuk mengiringi pagelaran tari maupun drama
II. Fungsi Gamelan Angklung
2.1Fungsi Upacara
Fungsi gamelan
angklung di beberapa tempat adalah mengiringi upacara pitra yadnya dan selain itu
juga dipakai mengiringi upacara Dewa
Yadnya serta tari-tarian gong selendro yang sering juga menghidangkan
gending-gending perangklungan 4 nada.
Satu barungan angklung bisa
berperan keduanya, karena seringkali menggunakan alat-alat gamelan dan penabuh yang sama. Di
kalangan masyarakat Bali sebagian besar mengenal bahwa angklung dipergunakan
dan berfungsi mengiringi upacara Pitra Yadnya (Ngaben).
Di desa adat
Tanjung Benoa, gamelan angklung didukung oleh sebuah organisasi yang bersifat
tradisional yang bertujuan sosial. Sekee
angklung Segara Putra nama organisasi yang menaungi kebersamaan sekee angklung
ini dengan anggota kurang lebih 60 orang. Sekee ini berada di lingkungan Desa
Pekraman Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kabupaten Badung. Rasa kebersamaan dan
memiliki sesama anggota masyarakat dengan tujuan membantu tanpa pamrih terhadap
masyarakat yang membutuhkan bantuan bila memiliki kepentingan upacara untuk
mengupah (menyewa) angklung.tapi seiring dengan perkembangan modernisasi dan
terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berkembang
pula struktur sekaa angklung menjadi lebih professional dan mulai ada
perjanjian ataupun sewa menyewa untuk kegiaan pentas dan sebagainya yang
tentunya di luar konteks Ngayah.
Di era
belakangan ini gamelan angklung mengalami perubahan yang bukan saja dari bentuk
fisik instrumentasi, tetapi juga terjadi perkembangan repertoar dan fungsi, di
dalam konteks kehidupan sosial masyarakatb di Bali. Dan saat ini gamelan
angklung telah diangkat untuk ajang sebuah kreativitas, lahan seni artistic
bagi seniman-seniman kreatif dengan tampil sebagai angklung kebyar dan angklung
dengan kreativitas seni modern. Dan di beberapa daerah di Bali baik organisasi,
maupun pemaksan dadya dan sebagainya tidak jarang gamelan angklung juga
mengiringi tari-tarian untuk menggantikan gamelan lainnya dalam rangka upacara
Dewa Yadnya termasuk juga gamelan kekebyaran yang dewasa ini sedang digemari di
Bali.
2.2.Fungsi Sosial Ekonomi
Sebuah
organisasi seperti Sekee Angklung Segara Putra ini bersifat tradisional dan
dibentuk untuk tujuan-tujuan sosial pada awal pendiriannya. Warga yang memiliki
kepentingan terhadap jasa penggunaan gamelan ini un tuk kepentingan upacara
hanya mendapat sekedar minum atau makanan sebagai ungkapan terima kasih serta
sesari banten gong atau batu-batu, begitu disebut dan disediakan sekedarnya.
Hal ini
merupakan cerminan rasa kebersamaan dan gotong royong serta kerukunan interaksi
sosial masyarakat Tanjung Benoa. Namun seiring dengan perkembangan globalisasi
dan perubahan budaya akibat arus modernisasi serta system teknologi yang
canggih menggeser juga nilai serta fungsi sosial dari Sekee angklung ini.
Tuntutan kehidupan bermasyarakat yang semakin kompleks mengubah pula pola
perkembangan kesenian sekee angklung ini.
Saat ini untuk kegiatan ngayah tanpa upah seperti dulu sangat jarang
didengar lagi, namun dalam kenyataannya kini mulai diberlakukan system sewa atau
memberi upah untuk sekali pelaksanaan menggunakan gamelan angklung untuk
kegiatan yadnya dan lainnya.
2..3.Fungsi Hiburan
Dewasa
ini di dalam ajang Pesta Kesenian Bali sering kita lihat kesenian Angklung
kebyar. Hal ini adalah merupakan suatu ajang pentas seniman-seniman kreatif
yang menggunakan media angklung yang dicoba digarap dalam bentuk tabuh kreasi.
Adapun tari-tarian yang dipentaskan dengan iringan angklung kebyar antara lain,
Margapati, Wiranata, Baris Tunggal, Oleg Tamulilingan, Jauk dan Cendrawasih.
Respon masyarakat pendukung dan penikmat seni cukup besar dalam pentas setiap
angklung kebyar di PKB. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran penonton yang
membludak setiap ada parade angklung di ajang Pesta Kesenian Bali tersebut.
Selain
itu ditemukan pula angklung sering digunakan untuk mengiringi wayang kulit di
beberapa daerah di Bali. Jadi kesenian angklung sampai saat ini memiliki arti
penting baik dalam konteks kebutuhan masyarakat yang menunjang atau berfungsi
upacara maupun sosial ekonomi dan hiburan.
III. Instrumen Gamelan Anglung
Barungan gambelan angklung
klentangan terdiri dari 3 pasang :
1. Pemade
2. Tiga pasang kantil
3. Empat tungguh reong
4. Sepasang jegogan
5. Sebuah tungguh kempul
6. Sebuah kelenang
7 .Sebuah tawa-tawa
8. Sebuah suling atau lebih
9. Sepangkon ricik
10.Sepancar genta orag dan
sepasang kendang lanang,wadon berukuran kecil
Gending-gending angklung antara
lain :
Berong,capung manjus,capung
ngumbang, asep menyan, glagak ketunuan, jaran sirig, sekar ulet, sekar jepun,
dongkang menek biyu,gowak maling taluh, bangun
lemah,basang layah, nalir,kembang ura, nyingsing manyuling,
sitawara,puspa warna merdah, isep-isepan, lembu bajang, kesuma riris, lilit
ubi, anjerang alit, dan sekar sandat,
Di era
belakangan ini gamelan angklung mengalami perubahan yang bukan saja dari bentuk
fisik instrumentasi, tetapi juga terjadi perkembangan repertoar dan fungsi, di
dalam konteks kehidupan sosial masyarakatb di Bali. Dan saat ini gamelan
angklung telah diangkat untuk ajang sebuah kreativitas, lahan seni artistic
bagi seniman-seniman kreatif dengan tampil sebagai angklung kebyar dan angklung
dengan kreativitas seni modern.apalagi angklung kebyar kini sering di-paradekan
atau bahkan dilombakan dalam ajang bergengsi seperti di Pesta Kesenian Bali. Antusias masyarakat
pendukung dan peminat seni akan tumpah
ruah bila ada pertunjukan angklung apalagi tampil “ mebarung” mengiringi tari
lepas yang diiringi angklung kebyar.
IV. Bentuk Gamelan Angklung
Secara fisik
pada awalnya angklung menggunakan eempat bilah nada, kemudian para senimannya
pada perkembangannya menambahkan lagi beberapa bilah untuk mendukung kebutuhan
komposisi lagu. Perubahan atas bertambahnya bilah nada dalam gamelan angklung
adalah tidak terlepas dari factor terkena imbas dari pengaruh gender wayang dan
dan factor kedua adalah karena ada difungsikan untuk mengiringi Joged
Bumbung.(Sudirga,Komang, 2004,2).beberapa instrument juga terkadang ditambahkan
seperti jublag, kendang gupekan, kempur,kemong,dan gong. Secara umum tungguhan
gamelan angklung pada waktu lampau masih berbentuk lelengisan, dan hanya
dipernis, tetapi dewasa ini kita lihat sudah diprada sebagaimana gong kebyar.
V.Kesimpulan
Gamelan
angklung saat ini tidak hanya berperan sebagai fungsi upacara semata-mata untuk
kepentingan Yadnya di Bali, tetapi lebih dari itu sudah menjadi suatu fungsi
sosial ekonomi dan hiburan buat masyarakat.
Gamelan
angklung juga sangat responsive menyatu dengan tabuh-tabuh kekebyaran yang
melalui kreativitas para seniman , sehingga mampu menarik perhatian masyarakat
penggemar seni menikmati perkembangan kesenian angklung dewasa ini, sehingga
menjadi santapan estetis penikmat seni itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Bandem,I
Made.1983,Ensiklopedi Gamelan Bali ,Denpasar:
Proyek Pembinaan
Penggalian dan Pengembangan Seni
Klasik/Tradisional dan Kesenian
Baru Pemerintah Daerah tingkat I
Bali.
Sukerta,Pande
Made.2002”Kehidupan dan Perkembangan Gamelan Angklung
Bentuk dan fungsi Sosialnya yang
dihadapkan dengan Konsep Desa Kala
Patra”, dalam Mudra Jurnal Seni
Budaya Vol.10 NO.1 Januari 2002,
Denpasar:UPT Penerbitan STSI
Denpasar.
Sudirga, I,
Komang.2004, Kontinuitas dan Perubahan Gamelan Angklung Dalam
Konteks Kehidupan Masyarakat
Bali,dalam Bheri Jurnal Ilmiah Musik
Nusantara Vol.3 No.1 September
2004,Denpasar,UPT Penerbitan ISI
Denpasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar